Senin, 31 Desember 2012

SEJARAH SENI RUPA BARAT


NEO KLASIKISME DAN ROMATISISME
oleh: A.A. Ngr. Gede Surya Buana
Feodalisme yang berkuasa di Prancis, mulai memudar semenjak pecahnya Revolusi Prancis dalam tahun 1789. Suasana memudarnya kekuasaan Feodalisme tersebut tidak saja terasa di Prancis namun juga terasa di Negara lain, yang tidak hanya terjadi perobahan dalam tata politik maupun tatanan social, tetapi juga berpengaruh pada lini kehidupan lain yaitu kehidupan budaya dan seni.
Dengan berakhirnya kekuasaan Feodal terhadap seni maka berakhirlah penentu seni, khususnya dari penguasa kerajaan pada waktu itu, bahkan jauh sebelumnya kekuasaan gerejapun sudah memudar, sehingga kehidupan seni menjadi bebas tanpa ada penentu dalam terciptanya karya seni. mereka tidak lagi mempunyai fungsinya yang jelas dimasyarakat. Lambat laun mereka membentuk kelompok baru dimasyarakat, yaitu kelompok seniman.
Semenjak itu Kelompok seniman membuat karya sesuai dengan panggilan seninya atau sesuai dengan panggilan hatinya, mereka berkarya bukan lagi berdasarkan pesanan maupun permintaan. Maka dengan demikian mulailah riwayat seni modern dalam sejarah perkembangan seni yang ditandai dengan individualisasi dan isolasi diri.
David
            Tokoh utama  Neo Klasik adalah Jaques Louis David (1748-1825), ia merupakan pelukis pertama dalama sejarah seni  modern, oleh karena ia merupakan tokoh dalam pembaharuan seni modern, sehingga ia menduduki posisi yang sangat penting di kehidupan sosial masyarakat, kehidupan social yang meliputi kehidupan  politik, maupun dalam lingkungan intelektual.
            David disebutkan tokoh pembaharuan, oleh karena ketika para pelukis masih diliputi dengan buaian keindahan seni Rococo yang sedang melanda dunia seni setelah menurunnya kualitas seni Renaissance dengan istilah Mannerism, justru ia menciptakan suatu karya yang sangat dramatis, tanpa mengutamakan kemolekan, tetapi menampilkan sebuah kepiluan, dengan karya “Sumpah Horatii”nya pada tahun 1784. Sebuah karya yang diciptakannya berdasarkan novel Klasik yang berlebel “Horatius” yang dikarang oleh seorang budayawan sastra yang bernama Corneille.
            Sepintas memang karyanya tersebut tidak jauh berbeda dengan karya-karya sebelumnya, yaitu pada mashab Barroque dan Rococo yang diciptakan berdasarkan kemolekan bahkan sensual, namun secara sikap David karyanya sangat berbeda, oleh karena dia menampilkan hal yang sangat berbeda, yaitu suatu ceritra yang bernuansa heroic.

Karya Rococo yang molek dan sensual
Hercules and Omphale (1730), karya Francois Boucher

            Penekanan lain yang ditampilkan pada karya Neo Klasik David adalah unsur mendidik, hal tersebut dapat dilihat dari karyanya yang berjudul “Kematian Sokrates”
Tema-temanya yang diambil dari masa klasik dengan sifat-sifat lukisannya yang sangat rasionil, objektif, dan cendrung “dingin” , ada perbedaan yang cukup prinsip dengan karakter seni klasik yang mempunyai karakter hangat dan menggairahkan.
“Kematian Sokrates” yang penuh dengan nuansa mendidik, karya David

Sesungguhnya Neo Klasik yang ditekuni oleh para seniman pada masa  David adalah seni yang tidak juah dengan yang hidup pada jaman Renaissance, david telah membuat seni Klasik menjadi popular kembali untuk kedua kalinya, setelah satu setengah abad lampau seni klasik yang telah menjadi trade mark Prancis ditenggelamkan oleh mashab Barok Rokoko.
Dengan ketertiban dan kedisiplinan David mendalami seni klasik yang penuh dengan nuansa rasional, akhirnya ia menjadi tokoh pembaharuan dalam seni dalam abad ke 18 di Prancis.
Puncak kejayaannya karya David adalah sebuah karya yang diberi label “Perang Roma Sabina”. Karya tersebut dibuat pada tahun 1799, dimana dalam proses pembuatan karya tersebut ia membuat studi terlebih dahulu dengan drawing,yang jauh lebih dinamis dibandingkan karya lukisannya

                                                          Drawing “Perang Roma Sabina”
 
          David tidak saja Berjaya dala dunia seni tetapi ia juga aktif dibidang politik, yang bergerak dalam revolusi, tidak cukup disitu, tetapi lebih jauh lagi ia menjadi penentu hukuman guillotine (penggal kepala) termasuk hukuman, dan kedudukannya tersebut menjadikan ia seorang dictator dalam seni yang dengan gigih mempropagandakan unsur-unsur seni klasik.
          Kembalinya Napoleon dari medan perang membuat suasana baru dalam seni, karena suasana perang yang membuat jiwa perwira Napoleon yang tertanam dalam
 jiwanya tidak mengenal ketenangan, sehingga snadiwara-sandiwara klasik yang banyak diangkat untuk lukisan, tidak menarik lagi bagi Napoleon. Seorang murid David merasakan hal tersebut, ia adalah tokoh yang sangat romantic namun mempunyai jiwa pemberontak. Ia sangat ingin melepaskan diri dari kungkungan David yang tetap membayangi setiap langkah karyanya, ia adalah Antoine Jea Gros (1771-1835).
          Gros mendapat tugas dari Napoleon untuk melukiskan kunjungan Napoleon ke rumah sakit kusta. Dalam karya tersebut dapat dilihat perbedaan yang sangat prinsip dengan karya klasiknya David, yaitu apabila David menghilnagkan detail-detail yang menjadi latar belakang karyanya, Gros membuat rumah sakit kusta yang dikunjungi Napoleon jauh berbeda (lebih indah) dari keadaan rumah sakit kusta yang digambarkannya.

Napoleon di rumah sakit kusta (1804) karya Antoine-Jean Gros

Tokoh lain yang menjadi pemancang tonggak Romanitisisme adalah Theodore Gericault. Tokoh ini kelihatan sangat menonjol terutama dalam perbedaan pandangan dengan Neoklasikisme, bahkan secara terang-terangan ia menentang Neoklakisme.    Ia mendalami teknik seni lukis ke Roma yang sarat dengan unsur-unsur klasik, terutama dalam hal kostum-kostum klasik, setelah ia menyelesaikan studinya di sebuah akademi.
 Sekembalinya dari Roma ia tertarik dengan peristiwa yang sedang heboh dibicarakan di Prancis, yaitu suatu peristiwa tragis nan memilukan. Peristiwa tersebut dinilai sangat dramatis, yaitu peristiwa memilukan tentang tenggelamnya sebuah kapal penumpang yang bernama “Medusa” . Peristiwa yang terjadi pada tahun 1816 sangat menyentuh hati Gericault, sehingga ia sangat tertarik untuk melukiskannya.
Dalam melukiskan tersebut bahkan ia memakai model secara langsung dari korban yang dapat ditemukannya, ia pinjam dari rumah sakit, dijadikan bahan studi, mulai dari posisi, sampai kemiripan wajah model tersebut, dibuat sedramatis mungkin.

Tenggelamnya rakit Medusa (1819): 4.91 X 7.16 m., karya Gericault

Eugene Delacroix, satu lagi tokoh Romantisisme yang mempunyai teknik yang lebih garang dari pelukis sebelumnya sehingga dijuluki “drunken broom” karena sapuan kwasnya yang sangat jelas tanpa ada upaya untuk mendusel. Teknik demikian nanti akan banyak diikuti dalam mashab Impressionisme, terutama oleh Cezanne.
“Liberty Leading the People”(1830):2.59x3.25m, karya Eugene Delacroix

            Antara Neoklasikisme dengan Romanitisisme mempunyai perbedaan yang cukup fundamental, karena terdapat pertentangan sebagai latar belakang penciptaan kedua mashab yang lahir dalam abad yang sama yaitu abad ke 19
Kedua mashab dalam masing-masing deklarasinya mengungkapkan bahwa:
            Neoklasikisme yang di kumandangkan oleh David, menjadikan ratio sebagai pelita dalam penciptaan seni, sedangkan  kaum Romantisisme mengatakan bahwa hati mempunyai persoalan yang ratio tidak tahu. Itulah ungkapan yang masing menempatkan ratio dan emosi bukan sebagai satu kesatuan melainkan sebagai suatu yang bertentangan.


REALISME
            Sebagaimana diketahui bahwa terdapat pertentangan dianatara kaum Neoklasikisme dengan Romantisisme, namun pada hakekatnya mereka hanya berurusan dengan hal yang tidak tidak nampak mata, yaitu rasio dan emosi, mereka adalah kaum idealisme yang tidak menerima kenyataan apa adanya.
            Tidak demikian halnya dengan kaum Realisme, yang mempunyai pandangan dalam menghayati alam ini tanpa ilusi, dan menerima sebagai objek seni sebagaimana apa adanya yang kasat mata. Hal demikian dikuatkan oleh ucapan salah seorang tokoh Realisme, yaitu Courbet seorang pelukis Prancis, dalam deklarasi Realisme:”tunjukkanlah malaikat padaku dan aku akan melukiskannya”, suatu ucapan yang menunjukkan betapa fanatismenya terhadap hal yang hanya dapat dilihat oleh mata, dan bukan suatu ilusi, juga tanpa idealis apalagi distorsi.
            Sebagai konsekwensi dari ucapan kaum realism tersebut, mereka betul-betul mengungkapkan suatu realita, tidak saja secara visual hanya mewujudkan objek dengan realistis, namun mereka juga mengungkapkan realita kehidupan, tanpa memperdulikan keindahan, kemolekan, kecantikan, tetapi apa adanya dalam kehidupan sosial, kehidupan sosial kelas bawahpun sering diangkat menjadi objek realita. Kalaupun melukiskan keindahan alam, namun sesungguhnya ia bukanlah melukiskan keindahannya tetapi begaimana keadaan alam tersebut, yang Nampak dalam panorama atau pemandangan.
Tokoh-Tokoh Realisme:
Franciscode Goya (1746-1828), ia adalah tokoh realism yang berhubungan erat dengan Romantisisme. Tokoh yang terkenal dengan karikaturnya adalah Honore Daumier (1808-1879). Tokoh realism yang vocal adalah Gustave Courbet (1819-1877)

“The Stone Breakers” 1849, karya Gustave Courbet


“The Third Class Carriage”(1862), karya Honore Daumier


“The Haywain”(1821), Karya John Constable












Tidak ada komentar:

Posting Komentar